Selasa, 22 Juli 2008

Perkawinan Tipografi dan Nirmana dalam Ranah Readibilitas Legibilitas


Sumbo Tinarbuko


Ketika seseorang berbicara kepada orang lain, sesungguhnya orang tersebut sedang melafalkan beberapa lambang bunyi yang arti dan maknanya telah disepakati bersama.

Lambang bunyi, dalam konteks ini, divisualkan dalam bentuk simbol-simbol yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dan dimengerti maksudnya. Dalam peradaban modern, lambang bunyi yang berbentuk huruf memiliki peranan penting dalam sebuah proses komunikasi antarmanusia.


Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujung tombak guna menyampaikan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang, bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan atau target sasaran.


Huruf dan tipografi merupakan soko guru tunggal yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Banyak orang sudah melek huruf, sudah pasti mengenal lambang bunyi tersebut. Mereka sudah pasti dapat mengeja, membaca, dan menuliskan lambang bunyi itu untuk berbagai kepentingan dan keperluannya masing-masing. Tetapi tidak sedikit yang buta tipografi. Mengapa demikian? Karena tipografi senantiasa terkait dengan tatasusun, tatakelola, dan tatapilih huruf untuk kepentingan komunikasi visual.


Sementara itu, perkawinan antara tipografi dengan nirmana merupakan sebuah perkawinan agung. Keduanya diyakini sebagai pasangan kinasih yang tidak bisa dipisahkan oleh ruang dan waktu. Dalam hubungannya dengan desain komunikasi visual, tipografi dan nirmana adalah elemen penting yang sangat diperlukan guna mendukung proses penyampaian pesan verbal maupun visual.


Meski nirmana dipahami sebagai sebuah bentuk yang tidak berbentuk. Dalam konteks desain komunikasi visual, nirmana memegang peranan penting perihal bagaimana menata dan menyusun elemen dasar desain komunikasi visual . Peranan penting lainnya, di dalam nirmana mensyaratkan tatasusun dan tatakelola unsur desain komunikasi visual dalam sebuah perencanaan komposisi yang serasi dan seimbang di dalam setiap bagiannya.


Huruf yang telah disusun secara tipografis dengan mengedepankan konsep harmonisasi nirmana merupakan elemen dasar dalam membentuk sebuah tampilan desain komunikasi visual. Keberadaannya diyakini mampu memberikan inspirasi untuk membuat suatu komposisi yang menarik, persuasif dan komunikatif.


Dengan demikian, keberadaan tipografi dalam rancangan karya desain komunikasi visual sangat penting. Sebab melalui perencanaan dan pemilihan tipografi dalam perspektif nirmana yang tepat baik untuk ukuran, warna, dan bentuk, diyakini mampu menguatkan isi pesan verbal dan pesan visual karya desain komunikasi visual tersebut.


Berdasarkan hal tersebut di atas, maka ketika desainer komunikasi visual mahir menguasai tipografi dan nirmana untuk dipergunakan menyampaikan informasi yang bersifat sosial ataupun komersial, maka sejatinya sang desainer tersebut mampu memposisikan dirinya menjadi kurir komunikasi (visual) yang bertanggung jawab kepada masyarakat luas yang dijadikan target sasaran. Dengan menjadi kurir komunikasi yang baik - berkat pemilihan tipografi yang tepat dengan mengedepankan aspek readibilitas (dipengaruhi oleh ukuran huruf, jarak antarhuruf, dan jarak antarbaris yang terlalu dekat atau jauh) dan legibilitas (dipengaruhi oleh kerumitan desain huruf, penggunaan warna, tinta, dan kertas) yang akurat - maka masyarakat luas tidak akan terjebak pada perkara-perkara atau kasus-kasus mengarah pada belantara perbedaan persepsi yang akan menimbulkan bencana miscommunication!



*)Sumbo Tinarbuko (http://sumbotinarbuko.tk/), Konsultan Desain, Dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Program Pascasarjana ISI Yogyakarta.

Tidak ada komentar: